Rabu, 15 September 2010

Syair (4)

Suka duka kita bersama
Berkhayal akan adanya surga dunia
Berharap kehangatan kasih dan cinta
Namun ternyata cuma neraka

Syair (3)

Sebuah pandangan tak berarti penting
Namun tetap tampaknya asing
Semakin lama semakin memicing
Membuat aku ingin kencing

Syair (2)

Satu teman yang pendiam
Menyimpan banyak testimoni kelam
Mukanya juga tampak seram
Rasanya ingin aku siram

Syair (1)

Nama orang berarti banyak makna
Mengandung do'a penuh berkah
Sudah tau itu bermakna
Masih saja suka diubah

Senin, 13 September 2010

Bandung? Surabaya!

(cerpen berdasarkan iklan)

Iklan : U Mild
Versi : Jogja
Oleh : Monica Fitri Ramadhan

Deskripsi iklan :
Tiga orang pemuda yang bersahabat baik mendapatkan paket liburan gratis dari bos mereka. Singkat cerita, mereka sudah berada di perjalanan. Sepanjang perjalanan, mereka berseru, “Jogja...!”. Namun, ketika pesawat sudah mendarat, bandara yang mereka datangi bertuliskan “Bandar Udara Ngurah Rai Bali”. Mereka pun terdiam seketika, dan mengubah seruan mereka menjadi, “Bali...!”.

Bandung? Surabaya!

Lagi-lagi Alika mengeluh. Ia sangat ingin untuk bisa berlibur ke luar kota kali ini, namun, ayah dan ibunya sangat sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Ia pun terus membujuk orangtuanya untuk meluangkan waktu bersamanya. Namun, proyek kedua orang tuanya sangatlah padat. Ketika Alika nyaris putus asa, ia mendapat ide. Deyza dan Arega, kedua sahabatnya juga tidak berlibur ke luar kota karena alasan yang sama. Maka, sore itu mereka berjanji untuk bertemu di taman kota.
“Hmm.. Mana sih si Deyza ama Arega? Lama banget, udah jam 4 belum datang juga..” Alika tampak tak sabar menunggu kedua sahabatnya itu.
“Dooorr! Hayoooo... Melamun teruuuuus! Hahahaha..” dari belakang, Deyza dan Arega mengagetkannya.
“Huuh kalian inii, udah telat masih aja sempet ngagetin akuuu!” Alika kesal dengan ulah iseng Deyza dan Arega.
Namun ia segera mendingin dan berujar, “Eh, udah, mending langsung aja ya, gini, kita kan sama-sama nggak liburan ke luar kota nih, tapi kita pasti pengen dong, liburan ke luar kota.. Masalahnya, ortu kita pada sibuk, gimana kalo... Kita liburan bertiga ajaaa???”. Deyza dan Arega kaget dengan perkataan Alika barusan.
Arega masih diam, namun Deyza langsung menyahut panjang lebar, “Haaaaahh? Gila kamu Ka, masa’ iya kita liburan bertiga ke luar kota? Kayak ke Jakarta, Bandung, Surabaya, Malang, atau bahkan Jogja. Apa mungkin kita diizinin ortu kita? Nanti kalau kita kenapa-kenapa disana gimana? Kalau kita diculik? Kalau kita dicopet? Kalau kita...” Belum sempat Deyza selesai berkata-kata, Alika memotong.
“Huuussshh! Aah kamu ini loooo! Biasa deh, kita itu belum ngerencanain apa-apaaa, kamunya udah heboh duluan, kayak rumahmu kena gusur aja! Coba santai aja ngomongnya.. Kan enak.” Alika menarik nafas panjang.
Akhirnya, Arega angkat bicara, “Ahahaha, lucu deh kalo udah liat kalian ngomong panjang lebar kayak tadi, persis ama kereta api lagi main kejar-kejaran, panjaaaaaaaaaaang banget, hahaha.. Terus Ka, rencanamu gimana?”
Alika melanjutkan, “Hmm.. Gini, aku maunya sih kita ke Bandung, Malang, Surabaya. Tapi berangkatnya dari Jakarta. Nanti Bontang-Balikpapan cari pesawat atau ikut travel.. Nanti pulang dari sini, kita coba ngomong sama papa mama kita.. Di Bandung, kita sama saudaranya Arega, di Malang, sama saudaraku, di Surabaya, ikut saudaranya Deyza. Jakarta cuma transit..”
Deyza mengangguk setuju, begitu pula dengan Arega. Mereka pun mulai berbicara seru, merencanakan liburan mereka.
“Aah pokoknya nanti aku mau mampir ke Starbucks! Pokoknya haruuusss! Hahaha” kata Deyza.
“Aku mau cari buku yang banyak di Gramedia, kebetulan koleksi novel sama komikku mulai menipis.. hehe” sambung Arega.
“Aku cuma mau ke luar kota, liburan, berpetualang, eksplorasi! Hahahaha dan sekarang sudah jam setengah enam kawan-kawan, ayo kita pulaaang.. Daaah Deyza, daaaah Aregaaaa!” tutup Alika.
Malamnya, Deyza, Arega, dan Alika mulai beraksi, merayu kedua orangtua mereka agar diizinkan liburan bersama. Keesokan harinya, mereka bertiga kembali berkumpul dan setuju untuk berangkat minggu depan, karena mereka sudah mendapat izin dari orangtua mereka.
Sabtu pagi, Alika, Deyza, dan Arega berkumpul di Bandara PT. Badak. Orangtua mereka asyik bercakap-cakap hingga akhirnya panggilan untuk naik ke pesawat tujuan Balikpapan terdengar. Alika, Deyza, dan Arega tampak semangat mengemasi barang-barang mereka dan pamit kepada orangtua mereka.
“Papa, Mama, Alika berangkat dulu yaa, nanti kalau Alika sudah sampai, nanti Alika telpon Papa sama Mama yaa, mmuah mmuah.” ujar Alika seraya mengecup pipi papa mamanya.
“Ayah, Bunda, Deyza pergi dulu yaa, Deyza pasti jaga diri kok disana, Ayah Bunda baik-baik ya disini.. Daaah Ayah.. Daaah Bunda..” kata Deyza dengan semangat. Orangtuanya hanya bisa tersenyum dan berpesan agar Deyza baik-baik disana.
“Ma, Pa, Arega pergi ya, nggak akan lama-lama kok, nanti pasti Arega cepet balik. Kalau ada apa-apa, Mama Papa hubungin Arega yaa..” pamit Arega sambil memeluk kedua orangtuanya.
Alika, Deyza, dan Arega pun naik ke pesawat. Di dalam pesawat, mereka duduk berdampingan. Awalnya mereka asyik bercerita, namun setelah setengah perjalanan ditempuh, mereka tertidur pulas. Suasana pesawat pun nampak sunyi.
Sampai di Balikpapan. Mereka bertiga bersorak kegirangan karena mereka sudah semakin dekat dengan Jakarta. Hingga tak terasa, mereka sudah kembali berada dalam pesawat. Tujuan mereka selanjutnya adalah Jakarta. Sudah hampir petang ketika mereka tiba di Jakarta.
“Eh, ayo cari taksi, biar kita bisa langsung ke stasiun. Kereta api kita yang ke Bandung jam delapan nanti berangkat loh, makanya harus cepeeet...” jelas Alika sambil memegang buku catatan perjalanannya.
“Okee boooosss...” Deyza dan Arega kompak menyahut.
Setibanya di stasiun, mereka langsung membeli tiket tujuan Bandung. Dan dengan percaya diri yang penuh, mereka menaiki kereta di jalur satu, jalur paling pinggir. Di tengah perjalanan, ada seorang kondektur yang memeriksa tiket mereka. Namun, pak kondektur tampak mengeryitkan dahi ketika melihat tiket ketiga anak perempuan yang ada di depannya.
“Adik-adik mau pergi kemana?” kata Pak Kondektur.
“Ke Bandung lah pak.. Kemana lagi.. Ehehe..” sahut Deyza sambil menghempaskan badannya ke kursi kereta.
“Tapi Dik, ini kereta tujuan Surabaya, bukan Bandung.. Jadi Adik-adik harus turun di stasiun berikutnya atau membayar lebih untuk turun di Surabaya, bagaimana?” jelas Pak Kondektur.
“....” Alika, Deyza, dan Arega terdiam sambil terbengong-bengong.
Triing! Tanpa aba-aba, Alika, Deyza, dan Arega kompak menyodorkan sejumlah uang yang diminta Pak kondektur. Pak Kondektur pun menerima uang tersebut seraya berpesan, “Nah adik-adik, lain kali, kalau sedang perjalanan diperhatikan ya, jangan sembarangan. Kereta tujuan Bandung tadi ada di jalur sebelas, paling pinggir di utara, bukan paling pinggir selatan.. Hehehe”.
Wajah mereka bertiga pun memerah. Setelah mengatakan terimakasih, Pak Kondektur pergi. Mereka bertiga menghubungi orangtua masing-masing untuk memberi kabar. Orangtua mereka awalnya khawatir, namun akhirnya percaya dengan buah hati mereka.
Mereka pun memulai liburan panjang mereka. Berkeliling Surabaya, dan menyempatkan diri untuk mampir ke Malang. Hingga tak terasa liburan hampir habis. Mereka kembali ke Bontang, kota tercinta. Dengan membawa sejuta cerita dan tentu saja buah tangan yang banyak.
“Aku suka Starbucks! Aku suka J.Co! Dunkin Donuts! BreadTalk! Roti boy jugaaaaa!” seru Deyza pada Ayah dan Bundanya.
“Maa.. liat niiih, aku dapet buku rumus matematika baru, komik Rainbow Miracle yang terbaru, novelnya Andrea Hirata, ada juga nih buat Papa Mama..” ujarnya gembira sambil mengeluarkan buku-buku yang lain.
Alika juga tak mau kalah, ia memamerkan buku catatan perjalanan mereka, serta foto-foto mereka. “Nih Pa, Ma, ada gantungan kunci couple buat Papa Mama.. Hehehe.. Aku seneng banget Pa, Ma, makasih yaa udah diizinin..”.
Begitulah akhirnya mereka mengakhiri liburan. Pengalaman mereka selama liburan akan menjadi cerita seru saat masuk sekolah nanti. Dan yang terpenting, mereka mendapat pengalaman berharga selama liburan. Ke Bandung? Bukan, tapi ke Surabaya!

poster : Hemat Uang = Hemat Energi

Sinopsis Novel "Beauty and the Best"

Judul : Beauty and the Best
Pengarang : Luna Torashyngu
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit : 2006

Mitos mengatakan bahwa kecantikan selalu berbanding terbalik dengan kecerdasan. Namun, dalam novel ini, Ira, seorang fotomodel cantik membuktikan bahwa mitos itu tidak berlaku baginya. Lewat caranya sendiri ia berhasil membuktikan itu. Semua berawal dari tawaran untuk bertaruh dengan Kelly, murid pintar di sekolahnya. Ia ditantang untuk bisa masuk ke salah satu perguruan tinggi yang bisa dikatakan cukup sulit bagi Ira. Mungkin tidak begitu sulit bagi Kelly, namun, ini adalah suatu tantangan besar bagi Ira yang sudah terbiasa mendapat nilai maksimal 4 dalam pelajaran eksakta. Ia pun berusaha keras untuk meninggalkan dunia modelling dan belajar privat dengan murid yang sangat pendiam tapi pintar di kelasnya. Ya, dia adalah Aldo.
Pada awalnya sangat sulit menjalani ini semua, tetapi berkat kemauan, usaha, dan dukungan orang-orang terdekatnya, Ira mulai bisa memperbaiki prestasi akademiknya. Beberapa konflik juga sempat bermunculan antara Ira, Aldo, Kelly, dan sahabat-sahabat Ira. Sampai akhirnya Ira berhasil masuk ke perguruan tinggi tersebut. Ia sangat tidak menyangka. Kelly pun akhirnya tidak masuk ke jurusan kedokteran seperti keinginan orangtuanya, melainkan ke jurusan favoritnya, yaitu musik. Semua itu berkat semangat dan motivasi Ira. Setelah kejadian itu semua, Ira dan Kelly bersahabat baik, sementara Ira dan Aldo mulai menjalin hubungan yang lebih jauh lagi..

Komentar :
• Isi buku sangat bagus, dilihat dari segi cerita tidak membosankan, dan menarik. Alur cerita juga tidak berbelit-belit. Kelanjutan cerita tidak mudah ditebak, sehingga membuat penasaran pembaca.
• Sampul buku sangat baik karena menarik pembaca, sederhana, dan tidak mencolok.
• Tokoh yang disebutkan tidak begitu banyak, sehingga mudah dihapal dan mudah dimengerti.

CORAK DUNIAKU

oleh : Monica Fitri R.

Ketika aku mulai hadir di dunia
Saat itulah aku mulai melukis kehidupanku
Disini, di khatulistiwa, aku melukis berbagai corak
Corak kehidupan yang begitu indah untuk dilukis
Begitu sulit diucap lidah
Begitu rumit direnung pikiran

Sakit, senang, suka, duka, senyum, tangis kulewati
Layaknya warna yang tergores pada hamparan padang bunga
Ketika aku belum berumur, kudapatkan corak dari kasih sayang sanak keluargaku
Ketika ku menginjak masa remaja, corak hidupku bertambah dari sahabat-sahabatku
Ketika ku beranjak dewasa, corak hidupku semakin lengkap datang dari rekan kerjaku
Dan akhirnya, lukisan hidupku hampir selesai
Corak hidupku sudah hampir usai terlukis
Kutatap perlahan lukis kehidupanku itu
Aku pun tersenyum lebar sambil memulai corak keturunanku
Begitu manis dihati, untuk diingat

GARUDA

oleh : Monica Fitri R.

Terbang lepas menghempas udara
Bermain-main dengan angin yang berhembus
Dengan lincah melintas dan menjelajah
Mengarungi luasnya dunia

Kuat, gagah, dan keras
Menjadi lambang keperkasaan
Pandangannya tajam kedepan
Menyapu luasnya hutan

Sebagai lambang negara Indonesia
Dihormati dan diingat
Menjadi landasan dasar negara
Tonggak pemersatu bangsa kita